Sabtu, 01 Februari 2014

Ini Buat Salah Satu Warna Pelangi yang Gue Punya

Udah gue sangka kalo gue jujur semua bakal kaya gini keadaannya…
Emang gue akui bahwa apapun alasannya, entah baik atau buruk, yang namanya ‘bohong’ ya tetep aja bohong. Bukan tindakan yang baik… Tapi ngerti ngga sih ketika lo dalam keadaan ingin ngejaga orang yang lo anggep berarti buat lo, pastinya lo bakal lakuin apa aja asalkan orang yang lo maksud itu bisa bener-bener terlindungi , ya kan? Ya termasuk bohong demi kebaikan, biarpun tetep aja bohong demi kebaikan = salah.

Mendung nih rasanya mata gue sekarang, mulai gelap gara-gara terlalu lama nahan air yang harusnya ditumpahin tapi malah gue tahan.

Gue gini bukan gara-gara gue sedih lo jadi beda, jadi jaga jarak dan mungkin mau jauhin gue. Tapi gue gini gara-gara gue masih ngga habis pikir, kenapa gue bisa ngelakuin tindakan bodoh itu ke lo? Gue kecewa sama diri gue sendiri, gue kecewa gara-gara gue udah dengan lancarnya ngancurin salah satu bagian dari warna-warni pelangi hidup gue…

Emang sih gue masih punya warna-warni yang lain, tapi tanpa satu warna kaya lo itu ngebuat semuanya ga lengkap.

Kehilangan satu warna kaya lo karena ‘ulah diri gue sendiri‘ tuh lebih nyakitin dari pada gue harus kehilangan semua warna yang gue punya karena ‘keinginan mereka sendiri’.

Tapi kayanya gue emang harus biarin lo pisah sama warna-warni yang masih gue punya sekarang, gue harus biarin lo nyari tempat yang lebih bisa ngehargain lo dengan baik. Bukan sama gue lagi, bukan di deket gue lagi, bukan dihari-hari gue lagi.


Ya gue anggep ini semua sebagai ketidakberuntungan gue, karena ketika gue yang biasanya bisa ngejaga kepercayaan apapun dari oranglain, saat itu gue khilaf dan itu tepat ketika gue lagi ngejaga kepercayaan dari lo. Apapun yang bakal terjadi kedepannya, intinya gue cuma bisa minta maaf…Biarpun gue tau, maaf aja ngga akan bisa ngebuat kepercayaan lo utuh lagi sama gue. Gue ngerti kok kalo yang namanya kepercayaan itu ‘bukan sampah kertas’ yang bisa ‘didaur ulang’ ketika ‘sudah dirusak’ :’)

Kamis, 30 Januari 2014

Bukan Jurusan Lagi, Tapi Kami Angkatan 16

“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu, kemesraan ini ingin ku kenang selalu. Hatiku damai, jiwaku tentram disampingmu. Hatiku damai, jiwaku tentram bersamamu” hari ini gue dan temen-temen angkatan 16 saling pegangan tangan, di atas lapangan hijau yang dikelilingi pohon rindang. Ini bukan sebuah rekayasa, atau sesuatu yang dibuat secara terkonsep. Semua berjalan apa adanya, terjadi dengan spontan tanpa berniat untuk mendapatkan sesuatu yang banyak orang biasa menyebutnya “kebersamaan”. Tiga tahun gue dan mereka ngisi hari-hari di tempat yang sama namun lingkungan yang berbeda. Disebuah sekolah swasta bernama SMK Wikrama, dengan masing-masing jurusan yaitu RPL, TKJ, APK, dan Multimedia.

Bukan rahasia umum ketika ada beberapa kelompok berkumpul di dalam satu lingkungan maka mereka akan saling bersaing untuk membanggakan dan menjadikan kelompoknya masing-masing sebagai kelompok yang terbaik. Itu realitanya…

Tapi bukan masalah realita itu yang mau gue jadiin cerita kali ini, karena semua realita yang gue anggep masa-masa pait itu udah gaperlu buat gue bahas lagi. Saat ini gue cuma pengen ngebagi satu moment langka terjadi satu kali dalam 3 tahun masa sekolah gue disekolah ini. Dan lo harus percaya ketika ada kata-kata “semua akan indah pada waktunya”  Karena gue ngerasain hal itu. Ditempat ini, di sekolah ini dan bersama mereka…

Gue speechless ada di dalam moment ini, 4 jurusan yang biasanya bersaing saling adu ego tiba-tiba bisa dengan spontan saling support, saling pegang erat tangan, nyanyi bareng dan menyama ratakan ego. Entah apa yang ngebuat mereka bisa kaya gitu, mereka nangis dan mereka saling nyesel.  Tiga tahun waktu yang berharga cuma kami lewati dengan keadaan yang ngga damai,  dan itu sia-sia banget.
Tapi gue puas, karna  hari ini kami berhasil ngebuktiin ke guru-guru bahwa kami masih pantas dikasih kesempatan untuk minta maaf dan ngebanggain mereka. Semua belum terlambat, masih ada waktu, masih ada kesempatan...

Ngeliat respon guru-guru yang baik ke kami ngebuat semangat kami up lagi. Kami angkatan 16 udah berkomitmen untuk ngasih yang terbaik kepada sekolah kami, mulai hari ini.


Sabtu, 20 April 2013

MAAF AKU TIDAK SENGAJA


Aku tidak sengaja jatuh cinta. Aku tidak sengaja mencuri-curi pandang ketika aku bersama kamu. Dan ketika kamu melihat ke arahku, aku tidak sengaja membuang pandanganku sejauh-jauhnya, lebih jauh dari rekor lempar lembing yang pernah tercipta, hanya untuk tetap menjaga agar kamu tidak tahu aku sedang memandangmu.

Aku tidak sengaja merasa senang berada dalam satu momen bersamamu. Aku tidak sengaja mengharapkan kamu ada ketika kamu dan aku tidak dalam ruang dan waktu yang sama. Celingukanku membuktikannya.

Aku tidak sengaja berharap semua barang yang ku pinjamkan padamu tidak kamu kembalikan sekaligus. Aku tidak sengaja berharap kamu meminjam satu barang lagi dariku setiap kamu mengembalikan barang lainnya. Semuanya tidak sengaja beralasan agar kita tetap bertemu.

Aku tidak sengaja mengaktifkan phenylethylamine dari sistem limbik otakku saat dekat kamu. Dan itu memicu euphoria. Aku tidak sengaja sangat suka suara tawamu terhadap leluconku. Ketika kamu aku goda, aku tidak sengaja nyaman menerima cubitan manja kamu yang mendarat di lenganku. Aku tidak sengaja panik jika kehabisan bahasan obrolan ketika aku berbincang dengan kamu. Rasanya dimensi waktu lari terbirit-birit jika aku sedang bersama kamu, seolah kebersamaan aku dan kamu begitu menakutkan bagi waktu.

Aku tidak sengaja menawarkan pundakku ketika kamu kelelahan. Ah, aku tidak sengaja terus membayangkan wangi parfummu yang tertinggal di bajuku. Terus menerus, hingga pagi menjelang, handphone-ku adalah yang pertama ku-check. Aku tidak sengaja kecewa jika ada SMS namun bukan kamu pengirimnya. Aku tidak sengaja khawatir jika tidak tahu kabarmu.

Demi Allah, aku tidak sengaja uring-uringan ketika kamu tidak ada di tempat biasanya ketika aku cari. Aku tidak sengaja mencari tahu banyak hal tentangmu.
Aku tidak sengaja jatuh cinta kepadamu. Aku tidak sengaja benci membayangkan ini semua, hanya pesan yang gagal aku decode dengan baik. Pesan yang kamu kirimkan begitu rumit, atau alat pen-decode-ku yang kalut tertutupi canggung, takut, rindu, cemas, harap, dan kawan-kawannya?

Aku tidak sengaja menjadikanmu “karena” dalam setiap “mengapa” yang bermuara di benakku.

Maaf, aku tidak sengaja…

Kamu tidak harus sengaja untuk jatuh cinta.

*Dua teori yang pernah aku dengar: 1) Otak tidak bisa menerima kata ‘tidak’ 2) Tiada ketidaksengajaan di dunia ini.
ditulis setelah melewati bersama momen-momen berharga dalam hidup, bersama kamu.

Minggu, 24 Juli 2011

Kamu ! Jangan Pergi...


Jika kamu pergi, senyum ini untuk siapa lagi? Lalu ke mana larinya lengkung bibir ini? Hanya menyelinap ke dalam pori-pori mimpi?

Jika kamu pergi, ke mana lagi aku layangkan alunan rindu ini? Ke telinga Cupid yang sudah lumpuh menembakkan panah cintanya kepadamu? Ke jari-jari kedinginan yang tak pernah kamu genggam lagi?

Jika kamu pergi, apa lagi yang bisa aku tulis tentang sayang ini? Tentang ketiadaan kamu? Tentang pundak kosong tak berpenghuni yang merindukan sandaran kamu?

Jika kamu pergi, akan aku lipat menjadi apa kertas yang biasa aku buat menjadi surat kecil berisi panggilan sayangku padamu? Atau hanya harus ku ubah menjadi mawar yang kelopaknya gugur perlahan? Atau harus kubentuk menjadi sebuah nisan yang di atasnya tertulis kenangan kita?

Jika kamu pergi, siapa lagi yang aku tunggu menjadi penyemangat di saat-saat tersulitku? Apakah aku harus menunggu suara burung hantu di tengah malam, seakan mengejek atas segala kekalahanku? Atau cukup ditemani keheningan malam, yang mendinginkan hati?

Jika kamu tak kembali, apalagi yang pantas aku tunggu untuk mengorbankan sisa waktu hidupku? Menunggu hingga usia menggerogoti jasad ini? Bahkan dengan bantuan rindu, jiwaku tak akan tersisa.

Kamu, jangan pergi…

Senin, 29 November 2010

MENCINTAI BUKAN MELUKAI


Mencintai adalah mengambil risiko tak dicintai kembali. Mencintai tanpa harus memiliki? Aku rasa hanya ada dalam dongeng. Setiap cinta, sedikit atau banyak akan selalu meminta kembali, meskipun hanya berupa senyuman bahwa dia cukup bahagia disajikan cinta walaupun tak punya cinta untuk membalas.

Mencintai diam-diam adalah sebuah keharusan menyiapkan diri mendapat balasan cinta diam-diam pula, atau penolakan diam-diam juga.

Semua orang hanya ingin mencintai dan dicintai. Namun manakah yang harus didahulukan? Mencintai atau dicintai. Beberapa orang mencintai dan berharap dicintai, beberapa lainnya hanya akan mencintai jika ia dicintai terlebih dahulu. Ada persamaan hasil antara kedua hal tersebut yaitu, luka.

Pengharapan selalu berbanding lurus dengan kemungkinan kekecewaan yang didapat. Semakin kamu berharap, maka semakin besar kemungkinan kamu akan kecewa.

Mencintai seperti menggenggam seekor burung. Jika kamu menggenggamnya terlalu erat, maka akan mati. Namun jika menggenggamnya terlalu longgar, dia akan pergi. Jika kamu melakukan salah satu dari kedua hal tersebut, tetap hasil akhirnya adalah luka. Di hatimu, atau hatinya.

Pilih mana? Aku selalu benci pilihan, tapi lebih benci lagi jika tidak punya pilihan sama sekali. Ada kalanya ketika kamu hanya ingin mencintai, kamu hanya berakhir dengan melukai.

Aku lebih baik dilukai, karena ketika aku dilukai aku akan selalu punya objek untuk disalahkan, dimaki-maki. Apa bedanya dengan melukai? Melukai orang lain, apalagi orang yang kamu sayang, hanya menyisakan dirimu sendiri untuk disalahkan. Selamanya, kamu hanya bisa menyalahkan diri sendiri.

“Kamu hanya bisa melihat dirimu hancur di depan bayanganmu sendiri.“

Aku hanya ingin mencintai, bukan melukai. 


 

2014 yeyerohayati